Ini Upaya Dinkes Atasi Penyakit Diare di Aceh Utara


LHOKSUKON
- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Aceh Utara terus berupaya mengatasi penyakit Diare di kabupaten itu. Menurut Dinkes, Diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan di Kabupaten Aceh Utara sebagaimana wilayah lain di Indonesia.

Diare adalah keluhan buang air besar encer atau berair yang terjadi lebih dari 3 kali dalam sehari. Diare umumnya disebabkan oleh konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi virus, bakteri, atau parasit. Meski umumnya bisa sembuh dengan perawatan mandiri, diare kadang perlu ditangani dokter.

Diare bisa terjadi akibat jajan sembarangan, salah satunya mengonsumsi makanan kaki lima. Padahal, meski disukai banyak orang, kuliner pinggir jalan kadang tidak terjamin kebersihannya, misalnya karena disimpan tanpa ditutup sehingga terpapar debu atau kotoran. Akibatnya, orang bisa diare setelah makan jajanan pinggir jalan.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Aceh Utara, dr. Ferianto mengatakan, kasus tersebut sejauh ini rutin dan simultan dilaporkan oleh seluruh fasilitas kesehatan (faskes) dasar Puskesmas melalui aplikasi SiHepi (Sistem Informasi Hepatitis dan Infeksi Saluran Pencernaan).

Dikatakan dr. Ferianto, data kasus diare tersebut selanjutnya divalidasi secara berkala setiap satu semester untuk memastikan kasus diare yang terjadi sebagaimana tercatat dalam SiHepi dan catatan manual faskes.

"Verifikasi data pada aplikasi SiHepi perlu dilakukan untuk memastikan validitas kasus dan keperluan analisis dalam upaya pencegahan dan pengendalian diare di Kabupaten Aceh Utara," kata dr. Ferianto, Kamis 16 Mei 2024.

Pada semester kedua, lanjut dr. Ferianto, validasi data dilaksanakan pada tanggal 22 Februari 2024. Validasi itu sendiri turut dihadiri oleh seluruh programmer Diare pada 32 Puskesmas di Kabupaten Aceh Utara, Programmer Diare Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara dan Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit sebagai penanggung jawab program Diare di kabupaten itu.

"Berdasarkan data aplikasi SiHepi, Diare pada rentang Januari sampai dengan Desember 2023 tercatat sebanyak 2.608 kasus pada balita dan sebanyak 3.825 kasus pada usia 5 tahun. Sedangkan cakupan pemberian oralit dan Zinc pada balita sebanyak 96,36% dari target 100%. Peserta mengikuti paparan Tatalaksana Diare oleh narasumber," ujarnya lagi.

"Pada semua kasus Diare harus diberikan oralit dan zinc dalam terlaksananya untuk mencegah risiko dehidrasi dan perburukan atau komplikasi akibat Diare, sehingga Kami tekankan setiap programmer untuk memperhatikan hal tersebut", pinta dr. Ferianto.

Ditambahkan, jika dilihat dari data, cakupan pemberian oralit dan zinc masih diangka 96,36% dari target 100%. Peningkatan pengetahuan tentang Diare pada anak juga memberikan hal baru bagi peserta yakni pentingnya ASI eksklusif dan imunisasi untuk mencegah kejadian diare yang berat.(Adventorial)

Postingan Lama
Postingan Lebih Baru