Puskesmas di Aceh Utara Diharapkan Gencar Sosialisasi Penyakit Pneumonia


ACEH UTARA — Pneumonia merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang setiap tahunnya menjadi penyebab utama kematian pada bayi dan balita. Untuk itu, Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara berharap setiap Puskesmas di kecamatan dapat menggencarkan sosialisasi agar masyarakat lebih mengenal penyakit tersebut.

Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara, dr. Ferianto mengatakan permasalahan penyakit ISPA cenderung meningkat pada beberapa dekade terakhir baik secara global maupun nasional. Hal itu, kata dr. Feri, menjadi masalah kesehatan masyarakat baik di negara maju maupun di negara berkembang.

"Maka untuk itu Kita berharap Puskesmas di kecamatan gencar melakukan sosialisasi dan mengambil momentum pertemuan penting di masyarakat guna mengkampanyekan mengenali tanda gejala pneumonia sedini mungkin. Sehingga apabila ada bayi atau balita mengalami gejala pneumonia seperti batuk dan kesulitan bernapas agar segera dibawa ke fasilitas kesehatan," ujarnya.

dr. Feri menyampaikan, pneumonia merupakan pembunuh utama balita di dunia dan di Indonesia. Pneumonia menyebabkan kematian pada balita lebih banyak di dunia dibandingkan gabungan penyakit AIDS, Malaria dan Campak. Setiap tahun diperkirakan lebih dari 2 juta balita meninggal karena pneumonia.

"


Pneumonia ini infeksi saluran pernapasan akut yang bisa menjangkiti salah satu atau kedua paru-paru. Tidak ada penyebab tunggal pneumonia, pneumonia bisa disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur yang ada di udara. Di negara-negara berkembang 60 persen kasus pneumonia disebabkan oleh bakteri sementara di negara maju penyebab penyakit ini adalah virus," sebut dr. Feri, Jumat 10 Mei 2024.

Disampaikan lagi, pemerintah Indonesia menaruh perhatian terhadap kasus pneumonia ini dengan berkomitmen untuk menghentikan kematian bayi baru lahir dan anak balita akibat penyakit yang dapat dicegah hingga kurang dari 12 per 1.000 kelahiran hidup bayi baru lahir dan mengurangi kematian hingga kurang dari 25 per 1.000 kelahiran hidup balita.

"Sebagai tindak lanjut dari komitmen tersebut, Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan Pusat Kedokteran Tropis Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Madah, telah menyusun Rencana Aksi Nasional Penanggulangan Pneumonia dan Diare (RAN PPD) 2023–2030," tambahnya lagi.

Angka kematian pneumonia, lanjut dr. Feri, harus turun dari 3 per seribu kelahiran hidup Jadi hanya tiga kematian per seribu kelahiran nanti di 2030, diare 1 per seribu kelahiran hidup.

dr. Ferianto menyampaikan indikator untuk mencegah pneumonia sangat banyak dan melibatkan berbagai faktor. Di antaranya, sebut dr. Feri, ASI eksklusif, pemberian makanan, imunisasi, kesehatan lingkungan hingga pengelolaan makanan. Ia berharap program yang telah disusun dalam dapat diimplementasikan dengan benar dan diadakan evaluasi setiap tahunnya.

"Setiap tahun harus kita evaluasi, apakah tujuan kita tercapai. Segera dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat jika bayi atau balita mengalami batuk atau kesukaran bernapas. Hal ini dilakukan agar dapat dilakukan tata laksana segara mungkin sehingga tidak terjadi keterlambatan penemuan yang mengakibatkan atau memperberat penyakitnya sehingga dapat menyebabkan kematian," kata dr. Ferianto.(ADV)

Postingan Lama
Postingan Lebih Baru