Dinkes Aceh Utara Komit Cegah Penyakit Menular di Kalangan Pesantren


LHOKSUKON
- Dinas Kesehatan Aceh Utara berkomitmen untuk mencegah penyakit menular di kalangan pesantren. Hal itu dilakukan Dinkes Aceh Utara lewat berbagai sosialisasi termasuk sosialisasi pentingnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), seperti yang dilaksanakan di sebuah warung kopi di Lhoksukon yaitu di ATC Coffee Lhoksukon yang dihadiri para perwakilan ustazah dan santri dari sejumlah pesantren pada Selasa, 4 Juni 2024 lalu.

Kepala Dinas Kesehatan Aceh Utara, Amir Syarifuddin, melalui Penanggung Jawab Promosi Kesehatan, Susi Marlina, S.Kep., kepada aceh.one beberapa waktu lalu, sosialisasi PHBS ini dilaksanakan selama tiga hari, terhitung Selasa hingga Kamis (6/6). Gelombang pertama dihadiri perwakilan dari dayah di Baktiya Barat, Lhoksukon, Buket Hagu, Cot Girek, Lapang, Tanah Pasir, Syamtalira Aron, Tanah Luas, Nibong, Pirak Timu dan Matangkuli dengan total 34 peserta.

Gelombang dua (Rabu) akan dihadiri perwakilan dari dayah di Langkahan, Simpang Tiga, Lhok Beuringen, Tanah Jambo Aye, Seunuddon, Blang Geulumpang, Baktiya, Paya Bakong, Meurah Mulia dan Samudera.

Gelombang tiga (Kamis) akan dihadiri perwakilan dayah dari Syamtalira Bayu, Simpang Keuramat, Kuta Makmur, Dewantara, Banda Baro, Geuredong Pase, Nisam, Nisam Antara, Muara Batu, Babah Buloh dan Sawang.

"Perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan pasantren ini harus diterapkan guru kepada peserta didik atas dasar kesadaran diri hingga dapat mencegah penyakit bagi diri sendiri dan orang sekitar atau teman," ujar Susi.

Dijelaskan, ada beberapa indikator PHBS di Pesantren. Masing-masing, kebersihan perorangan (badan, pakaian dan kuku), penggunaan air bersih dan jamban sehat, kebersihan tempat wudhu, kebersihan asrama, kebersihan ruang belajar dan halaman, bak penampungan air bebas jentik, makanan bergizi seimbang, pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan dan gaya hidup tidak merokok.

"Ada beberapa kebiasaan buruk santri di lingkungan pesantren yang dapat memicu penyakit. Di antaranya, piring kotor tidak segera dicuci setelah makan, sisa makanan di dalam asrama dibiarkan berserakan, pakaian yang sudah digunakan digantung di belakang pintu, ember sabun, sepatu dan sandal diletakkan sembarangan di dalam kamar asrama, bantal dipakai bersama, makanan tidak ditutup, pakaian atau handuk basah dibiarkan di dalam kamar, dan tidak mencuci tangan dengan sabun setelah BAB," ungkap Susi.

Padahal, lanjutnya, begitu banyak manfaat yang didapatkan dari penerapan hidup bersih dan sehat. Selain dapat tidur nyenyak, belajar nyaman, dan berpikiran positif, PHBS juga dapat meningkatkan rasa percaya diri, dan paling utama dapat mencegah terjangkitnya penyakit menular.

"Penyakit umum yang kerap terjadi di lingkungan pesantren adalah panu, kurap, kudis atau scabies. Penyakit kulit ini disebabkan oleh tungau, salah satunya akibat tidak menjaga kebersihan kasur dengan malas mengganti sprei atau menjemur kasur secara berkala. Jika ada salah satu santri yang terkena scabies, seharusnya dipindah atau dipisah ke ruangan khusus hingga sembuh. Jika tidak, maka akan dengan mudah menularkan kepada teman lainnya akibat bersentuhan, terkena pakaian, handuk atau bantal," terang Susi.

Maka dari itu, kata Susi, di setiap pesantren sangat diperlukan kader-kader yang sigap saat dibutuhkan dalam Puskestren. "Inilah gunanya kita berikan sosialisasi  kepada perwakilan guru dan santri yang aktif di Puskestren agar dapat memberikan pertolongan pertama jika ada yang sakit di lingkungan pesantren. Misalkan penanganan pertama saat demam, sesak napas dan lainnya," tutur Susi.

Ditambahkan, untuk makanan bergizi seimbang perlu dilengkapi dengan mengkonsumsi buah-buahan. Salah satunya pepaya yang mudah ditemui dengan harga terjangkau dan tidak menguras isi kantong. "Makan buah itu tidak harus apel, pepaya juga sangat bagus untuk melancarkan pencernaan. Bagi santri wanita juga sangat dianjurkan minum vitamin penambah darah agar tidak anemia, khususnya saat sedang haid," pungkas Susi Marlina. [Adv]

Postingan Lama
Postingan Lebih Baru