Besarnya Peran Instalasi Gizi dalam Kesembuhan Pasien di RSUCM


Aceh Utara
- Aspek gizi sering kali kurang mendapat perhatian dibandingkan tindakan medis atau pemberian obat-obatan. Padahal, tentunya instalasi gizi memiliki peran krusial dalam proses penyembuhan pasien.

Di Rumah Sakit Umum Cut Meutia (RSUCM), Kabupaten Aceh Utara, instalasi gizi bukan sekadar "dapur" biasa, melainkan unit yang menangani perencanaan, penyajian, hingga evaluasi makanan bagi pasien rawat inap.

Seperti disampaikan Plt. Direktur RSUCM Zulfitri SKM, M.Kes melalui Promotor Kesehatan Masyarakat pada Instalasi Gizi, Sri Mulyati Mukhtar, S.K.M., M.K.M., Selasa (4/2/2025), makanan yang disajikan tidak hanya bergizi seimbang, tetapi juga disesuaikan dengan kondisi kesehatan pasien. Mulai dari makanan biasa, makanan lunak, makanan saring, hingga makanan cair bagi pasien yang sulit makan secara mandiri, semuanya disiapkan dengan standar ketat oleh tim ahli gizi dan tenaga pendukung lainnya.

Disampaikan, proses kerja di instalasi gizi dimulai sejak dini hari. Para pekerja di ruang persiapan menyiangi, membersihkan, dan menimbang bahan makanan sebelum dimasak. Setelah itu, makanan diolah di ruang produksi dan didistribusikan ke pasien sesuai dengan kebutuhan diet mereka. Untuk menjaga kebersihan dan kualitas makanan, distribusi dilakukan menggunakan troli stainless steel yang tertutup rapat agar terhindar dari kontaminasi.

"Pelayanan gizi di rumah sakit tidak berhenti pada penyajian makanan. Ahli gizi bekerja sama dengan dokter, perawat, dan apoteker dalam proses asuhan gizi, yang mencakup asesmen, diagnosis, intervensi, serta monitoring pasien. Asesmen gizi meliputi pemeriksaan antropometri (berat dan tinggi badan), skrining malnutrisi, hingga pola makan sebelum pasien dirawat. Dari data ini, ahli gizi menentukan jenis diet yang sesuai untuk mendukung pemulihan pasien," ujarnya.

Setelah asesmen dilakukan, tambahnya, tahap berikutnya adalah diagnosis gizi, di mana ahli gizi mengidentifikasi masalah gizi pasien. Jika ditemukan indikasi malnutrisi atau kondisi khusus, pasien akan diberikan intervensi gizi yang tepat, termasuk edukasi dan konseling mengenai pola makan sehat sesuai dengan penyakit yang dideritanya.

Tantangan terbesar dalam pelayanan gizi adalah rendahnya nafsu makan pasien akibat kondisi penyakitnya. Untuk mengatasinya, tim gizi terus berinovasi dalam meracik makanan agar lebih lezat dan menarik, sekaligus memastikan pasien tidak mengonsumsi makanan dari luar yang bisa memperburuk kondisi mereka.

"Setelah makanan dikonsumsi, tahap monitoring dan evaluasi dilakukan untuk melihat respons pasien terhadap diet yang diberikan. Jika kondisi pasien membaik, dietnya akan disesuaikan. Sebaliknya, jika ada penurunan kondisi, tim gizi akan mengevaluasi dan mengubah pola makan sesuai kebutuhan pasien," ucap Sri Mulyati lagi.

Kesadaran masyarakat akan pentingnya instalasi gizi di rumah sakit perlu terus ditingkatkan. Banyak yang masih menganggap bahwa kesembuhan pasien hanya bergantung pada obat dan tindakan medis, padahal gizi juga memainkan peran yang tak kalah penting dalam proses pemulihan.

Gizi yang tepat tidak hanya membantu penyembuhan, tetapi juga mencegah komplikasi, mengurangi angka kesakitan dan kematian, serta mempercepat waktu rawat inap sehingga dapat menekan biaya pengobatan. Hal ini menunjukkan bahwa instalasi gizi merupakan bagian tak terpisahkan dari layanan kesehatan di rumah sakit.[]

Advertorial

Postingan Lama
Postingan Lebih Baru